Jerami yang selama ini hanya dibakar saja oleh petani ternyata menyimpan potensi besar sebagai pupuk organik. Jerami mengandung hara yang lengkap baik berupa hara makro maupun mikro. 

Secara umum jerami mengandung N, P dan K masing-masing 0,4 %, 0,2% dan 0,7%, sementara itu kandungan Si dan C cukup tinggi, yaitu 7,9 % dan 40%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI), kompos jerami memiliki kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton kompos kering.

Jumlah hara ini kurang lebih dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani. Namun, apabila jerami dibakar, maka kehilangan N mencapai 93% dan K sebesar 20%. 

Pembakaran jerami dari 5 ton/ha padi menyebabkan kehilangan ke atmosfer sebanyak 45 kg N, 2 kg P, 25 kg K, dan 2 kg S. Di samping itu, kelarutan Si (silika) menurun daripada yang dikomposkan. 

Jerami bisa langsung digunakan sebagai pupuk organik dengan cara menebarkan pada lahan persawahan. Pemberian jerami dilakukan saat pengolahan lahan. Jerami ditebarkan secara merata, kemudian disemprot dengan probiotik SOT untuk mempercepat proses pembusukan. Penebaran jerami dilakukan 2-3 minggu sebelum penanaman. 


Untuk pemanfaatan jerami di lahan kering, sebaiknya jerami dikomposkan terlebih dahulu. Pengomposan dilakukan untuk memudahkan aplikasi dan memaksimalkan fungsinya sebagai pupuk organik. Secara alami proses pengomposan jerami akan berlangsung dengan sendirinya apabila kondisinya ideal, seperti kadar air yang cukup (kurang lebih 60%) dan aerasi yang lancar. 


Proses alami pengomposan jerami berlangsung kurang lebih dua hingga tiga bulan. Untuk mempercepat proses pengomposan jerami dapat ditambahkan aktivator pengomposan seperti SOT. Penambahan aktivator pengomposan dapat mengurangi lama pengomposan hingga tiga sampai empat minggu.

Waktu pengomposan ini kurang lebih sama dengan waktu jeda antara panen dengan waktu tanam berikutnya. 

Setelah kompos matang, kompos jerami bisa segera disebarkan di petak sawah bersamaan dengan pengolahan tanah. 

Penggunaan kompos jerami sebanyak 5 ton/ha dapat mengurangi penggunaan pupuk KCl sebanyak 50% dari jumlah kebutuhan pupuk tanpa penggunaan bahan organik. Pemberian 2,5 ton jerami padi/ha dapat mengurangi kebutuhan KCl dari 100 kg/ha menjadi 75 kg/ha dan efektif meningkatkan hasil panen.

Selain itu pemberian 10 ton jerami padi mampu meniadakan pemberian pupuk Kalium dan hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata dengan pemberian 100 kg KCl/ha, sekaligus efektif mengurangi keracunan besi. 

Pemakaian kompos jerami yang konsisten dalam jangka panjang akan dapat menaikkan kandungan bahan organik tanah dan mengembalikan kesuburan tanah. Jerami juga bisa dimanfaatkan sebagai penutup permukaan bedengan sebagai pengganti mulsa plastik. 

Penggunaan mulsa jerami memiliki beberapa keuntungan yaitu; sebagai penghambat tumbuhnya gulma, membuat tanah tetap gembur karena jerami menyimpan air dan mengurangi penguapan.